Wednesday, November 20, 2013

Semeru, pertemuan keluarga baru

Halo kamu yang disana, yang bertanya apa sih yang aku cari sampe melakukan hal-hal yang menurut kamu, semua itu bukan dunia aku. Haha iya memang aku sendiri juga tidak tahu pikiran aku mau berjalan ke mana. Satu hal yang jelas, saat ini detik ini yang aku cari adalah kebersamaan. Kebersamaan yang baru, dengan orang-orang baru, membuka semakin lebar duniaku, cara pandangku dan belajar memahami banyak hal. Aahh.. nanti kamu juga akan tau kok. Ini Kisah perjalanan aku Tahun Baru 2013 lalu :) Selamat membaca!

Kebersamaan di kereta


                           


Kebersamaan untuk tumpuk-tumpukkan di atas mobil Jeep 


    
Kebersamaan untuk saling bantu dan menyelesaikan apapun sama-sama


                                    

Kebersamaan juga bisa terjadi dalam kegiatan mencari Mr. Septikteng alias nyari lahan tanah di semak-semak untuk digali dan membuang hajat (bukan hajatan) kita ;)



Bahagia itu sederhana, sesederhana kebersamaan bersama orang-orang asing ini. Keluarga ayek-ayek sebelumnya merupakan kumpulan orang-orang asing yang berkumpul menjadi satu tim, lalu saling melepaskan ego dan ke-aku-an masing-masing, dan level keeratannya berubah menjadi sebuah keluarga besar. Ayek-ayek, nama yang pertama kali aku dengar kesannya seperti liar, padahal isinya manusia-manusia baik hati dan selalu ceria. Tapi yasudahlah mungkin keliaran ini yang membuat kami menjadi keluarga. Mungkin dengan membaca cuplikan-cuplikan manusia Ayek-ayek ini, kamu bisa melihat seperti apa kebersamaan sederhana yang kami bangun.

Om ardi, bandar cokelat
(bongkar tasnya, dan kamu akan menemukan banyak cokelat! *harta karun*) pemimpin yang panikan, bukan panikan histeria, tapi dia ingin segalanya baik-baik saja, dan berjalan semestinya. Dari saat persiapan, Om ardi selalu menanyakan apa-apa lagi yang kurang yang belum dimiliki anggotanya, bahkan berkeliling mencari barang-barang tersebut.
Lalu ketika di kereta, dia mencari ‘anak-anaknya’ duduk dimana saja, dan suka mengecek ‘anaknya’ lagi dimana. Oh ya! Kalau sudah tenang dan bosan, biasanya Om Ardi ini pelor, alias nempel molor, kekuatan molornya luar biasaa!
Selama pendakian cukup sekali Om Ardi jalan bareng aku, yaitu dari pos 1 hingga Ranukumbolo. Kata Om Ardi, jalan sama aku bikin galau, bikin dia gak tahan curhat! Keceplosan curhaatttt melulu. *Hahaha piss Om ;)* curhatan Om Ardi bisa jadi cerpen 8 halaman rasanya. #eh?
Daud, bolang sejati
Boleh percaya atau tidak, sebelum ke semeru, jagoan ini memulai perjalanannya duluan, dimulai dari Lampung! Berangkat pun Daud tidak bersama-sama kami.
Di suatu perjalanan entah stasiun mana, tiba-tiba Bang ini muncul dan membawa buah, kalau tidak salah buah matoa namanya.
Ya, tidak usah dikhawatirkan kemana Bang Daud pergi, toh nanti dia akan muncul dengan sendirinya. Yang patut sedikit dikhawatirkan adalah istrinya. Bila tidak mendapat kabar dari Bang Daud, siap-siap twiter cewek-cewek ayek ayek akan dimention menanyakan keberadaan Bang Daud. hahaha x))
Abang Super ini sepertinya memang besar di alam. Dia adalah SOS kami semua ketika tidak bisa menyelesaikan masalah masalah yang terjadi di gunung, salah satunya ketika Rizky nyaris jatuh ke jurang saat hujan deras ketika pulang melalui jalur Ayek-ayek.

Kalau dari awal yang diniatin buat naik gunung, ya manusia cuek yang diam-diam merhatiin ini orangnya. Faisal, tipe kriteria suami masa depan (piss prof! :p). Isal muncul sejak kopdar pertama kali di depan Museum Fatahilah. Saat itu bahkan belum jelas siapa-siapa saja kelompoknya. Isal datang sendirian dengan memakai jaket anak pencinta alam kampusnya. Memang dari awal gaya super santai dan cueknya terlihat. Dimulai dari paling santai saat belum punya tiket berangkat karena dia sendiri belum yakin bisa kabur dari kantor akibat sebelumnya sudah pernah bolos untuk naik ke Gunung Gede -__-. Aku menyebut Faisal kriteria suami masa depan idaman karena si profesor ini tenang sekali menghadapi apapun, beda-beda tipis lah tingkat ketenangannya sama Bang Daud. Waktu aku dan Papa jatuh, Isal tiba-tiba muncul dengan kalemnya dan bilang "Itu injek yang rumput aja" sambil berjalan lalu. Nyebelin.

Oh iya, Isal juga pakarnya memasak nasi di nesting! Nidya aja kalah.. Hal ini yang membuat Kunthi terkagum kagum (Cieee Fai-faii ;;)) , walaupun Isal sendiri tidak akan makan nasi selama di atas gunung sih.. Dia takut pup! :p karena itu senjata andalannya kopi rokok, dan indomie! Kalau kopi yang dia bikin sudah jadi di cangkir, pasti aku minta bagi. :)) *males bikin*

Sangking santainya isal, dengan mudahnya dia menitipkan teman kantornya yang bernama dwi, dan nomor hape aku yang dikasih, dwi ini semacam barang titipan jadinya.. hahaha. Sementara Isal sendiri menyusul keesokan harinya dengan pesawat, dan tiba jam setengah 10 malem di pasar tumpang dengan senyum stay coolnya. Santai pisanlah orangnya.. Kenapa dianggil prof ya? Haha itu panjang ceritanya, tanya dia sendiri yaa..! ;)

Ekhsano, legowo-man, teh panas plus tempe goreng. Ini adalah Papanya ayek-ayek juga. Pertama kali kenal Papa Sano justru cuma di whatsapp dari percakapan sih mikirnya ini orang sibuk bener sampe susah sekali untuk kumpul dan ternyata memang sibuk sekali Papa sano ini. Aku ingat pertama kali Papa sano mau bergabung, aku langsung memalak cokelat! :9 dan pada hari H di pasar tumpang, beneran loh dia membawa banyak cokelat.. Makasiih Papaaa *peluk-peluk papa* Papa ini canggih dan nyentrik! Waktu packing, dia membuat raincover dari plastik trashbag karena err kurang tahu ya rain covernya kemana... Hahahaa


Kebalikan dari Papa Sano adalah Papa Meizal Rossi, 30 tahun, satu lagi Papa dalam kelompok Ayek-ayek, pria metropolitan yang nyangsang di Semeru. Aku panggil dia Papa tanpa embel-embel nama karena dia partner aku ketika trekking summit.
Pria masa kini yang isi otaknya sangat out of the box ini bukan seorang mountaineer, baru pertama kali mendaki gunung. Ada beberapa momen menyebalkan terkeit orang ini. Waktu lagi mendaki tanjakan cinta, ditengah-tengah tanjakan diantara lelah, tiba-tiba ada yang berkata dari belakang “Ayo Ast.. Tarik nafas.. pelan-pelan, santai aja.. gue dibelakang lo kok”.
Refleks, menoleh kebelakang, menjawab “Sip Pah..” sambil ngos-ngosan. Setelah itu otak beku, dalam hati tereak “Aargghh!! Nengok kebelakang!!”, meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini hanya mitos... hanya mitos Ast...
Adegan Papa dan anak paling konyol adalah waktu akan menuruni tanjakan cinta, aku terpeleset dan berusaha berdiri dengan memegang rerumputan, namun saat itu licin sekali sehingga reflek aku manggil si Papa Mei. Papa yang ada di belakang beberapa orang di belakang aku langsung sigap menghampiri menolong anaknya kedepan... dan malah dia yang kepleset ala perosotan. Great! *Maaf ya Papa*

Fachri, Fuadi duo kembar dibelah kapak


Dua pria asal bandung ini seperti memiliki kehidupannya sendiri. Mereka antara ada dan tiada namun sangan lincah layaknya tupai. Mereka berdua senantiasa menghilang, kemudian tiba-tiba muncul kembali di belakang kita untuk membantu. Seandainya saja tidak perlu pakai adegan menghilang. Coba deh punya anak ato punya pacar kayak mereka, enak , gak perlu diurus.
Ibarat lagu dangdut, "masak, masak sendiri, tidur juga sendiri". Begitulah..

Kunthi, master of pup. Salah seorang teman beda kelompok, Bayu dari tim Arcopodo, pernah melontarkan kicauannya kalau bukan naik gunung kalau gak buang hajat, mininal di salah satu pos. Kicauan bayu langsung saya sampaikan ke akun kicaunya Kunthi, sebagai masternya buang hajat. Seandainya diperbolehkan, mungkin setiap pos akan diberi tanda “Bekas Kunthi”.

Sayangnya, guide Ayek-ayek, Mas yayan, bilang jangan buang hajat di jalur pendakian ketika di tengah pendakian Kunthi bertanya “Mas yayan, boleh pup sebentar gak?” (sabar ya Mas Yayan). Kunth-kunth, manusia gagal packing ini selalu merasa sakit perut sepanjang pendakian.
Memang jauh hari sebelum acara semeru ini, saya dan kunthi sudah sepakat untuk membuang hajat barengan dengan tujuan agar tidak banyak mengotori area pembuangan hajat. Satu kisah menarik mengenai rencana pembuangan hajat, Kunthi mengira sekop yang dibutuhkan untuk menggali tanah membuat lubang pembuangan adalah cangkul milik pak tani.
Berulang kali kami semua, peserta pendakian, menjelaskan bahwa sekopnya sekop taman, panjangnya hanya dari pergelangan tangan hingga siku. Namun apa daya, penggambaran deskripsi dari kami tidak sampai di bayangan pikiran Kunthi hingga akhirnya dia menemukan sendiri wujud sekop itu di toko tanaman. 
Selama 4 hari 3 malam, nona ini selalu bersama-sama saya (kecuali tiap kali trekking), mulai dari tidur, berbagi makanan (makasi buat farley-ferleynya kunthi), hingga buang hajat bersama satu lobang. Begini ucapan Kunthi “Jadi Ast.. galinya yang lebaran dan daleman aja.. nanti lo pup duluan, kalo udah tutup tisu basah, tanah yang banyak, nanti atasnya gue deh! Gua juga gitu nanti, jadi kan hemat tempat!” dengan cerianya.
Kamu tau? Pup bersama itu bisa jadi ajang curhat yang sampai mengakar-akar loh.. Aku dan Kunthi bisa cerita-cerita, kesel-keselan, mau teriak karena kekesalan kita juga ga ada yang merhatiin kecuali partner pup kita ;)

Nidya, calon ibu idaman karena jago masak.
Dari awal sebelum perjalanan dimulai, wanita ini menunjukkan keahliannya memasak. Ya, memang dapur sudah kerajaannya mungkin. Selama pendakian senantiasa didampingi oleh bang Daud. Dia juga merupakan tempat curhatnya Mbak Ken, yang mengalami kasmaran gunung. Anehnya, Mba nid ini seringkali menghilang tiap sekelompok akan foto bersama.

Ada percakapan random yang terjadi antara aku dan Papa Mei. Malam itu, malam tahun baru, kami berkumpul duduk di dalam tenda, bercanda hingga serius mendengarkan ucapan Bang Daud yang mengajak membuat kesepakatan, kita semua berjalan tandem, satu wanita dipegang oleh satu pria, dan masing-masing pasangan harus bareng-bareng sampai ataupun tidak sampai puncak Mahameru.

Saat itupun aku berpikir ya sudah dari awal aku memang mencari kebersamaan dan perjalanan itu sendiri karena aku bukan pendaki gunung, sampai tidak sampai, bersama siapapun pasangan mendaki ke puncak, jalankan saja. Om Ardi memasangkan aku dengan Papa Mei.


Menit-menit sebelum berangkat untuk muncak, menit menit sebelum tahun baru Meizal Rosi sambil pemanasan bilang "Ast, lo nyadar gak? What are we doing right now sik? Harusnya jam segini nih gue ada di depan tv, ato ada dimana deh buat ngerayain taun baru. Tapi? hahaha..."

Kalimat itu juga membuat aku kembali kepada ingatan waktu lagi disidang kamu dengan berbagai pertanyaan yang intinya "ngapain sik? mulai ga jelas banget deh maunya" . Lalu kita diam-diaman cukup lama, aku baca buku, kamu main game di hape, sampai akhirnya kamu nendang kaki aku dan ngomong geregetan "itu gunung, dingin, ga ada dokter pula diatas kan? kalo, sakit, gimana? Gunung kan bukan travelling. Hey denger gak sih ti? sering sakit kan?". 

Benar sekali, di kalimati dinginnya super! Hahaha dan aku tetap menikmati perjalanan menuju ke Puncak. Sesuai niat berangkat dari Jakarta, kalau ini adalah travelling bukan pendakian.
Tiba-tiba ditengah hutan Arcopodo, si Papa bilang "Ast, gue ga sanggup. Gue udah jiper. Serius Ast, gue gak sanggup. Sorry". Aku berusaha semangatin papa biar setidaknya juga jangan menyerah sebelum memulai, aku bilang ke Papa sendiri juga tidak punya target harus ke atas.


Untuk aku pribadi yang penting kita tau sejauh apa kita mampu mendakinya. Di hutan aku juga nyuruh Isal menyemangati Papa. hingga perjalanan sudah di antara pasir-pasir dan entahlah sudah seberapa jauh melangkah, dan dari tanya kanan kiri kata nya tinggal 500 meter lagi, deket *katanya*. 500 meter dari hongkong! -__- dan tiba-tiba juga urat kaki kiriku ketarik dan rasanya sakit banget banget.


Seberapa mencoba di tahan rasa sakitnya juga mulai mengganggu saat melangkah. Anggap saja puncak Mahameru memang belum rejeki aku. Iya sih ada rasa bersalah juga ke Papa Mei. waktu aku bilang sampai disini saja kakiku sakit sekali, Papa menjawab "Oke, gue sih santai".


Lalu dia duduk dan mulai memotret bahkan jadi tukang foto orang yang lewat dan minta diabadikan gambarnya -_____- *Papaaa anakmu lagi sakit kakinyaaa!*



Menghangatkan diri di dalam tenda, duduk lebih merapat agar saling menghangatkan. 2 cangkir cokelat untuk 1 tanda yang kala itu terdapat kurang lebih delapan atau sembilan orang yang duduk melingkar. Berbagi cerita antara sesama orang asing, belajar mengenal seperti apa orang-orang di dalam tenda itu, dibumbui dengan cerita masa-masa polos kunthi waktu SMP, dan sebenarnya ini dimulai dari kejadian kolornya daud dan kisah keambeyenan daud.
Saya juga kurang mengerti kenapa Kunthi bisa langsung jadi teringat kisah-kisah lugunya di SMP hingga awal kuliah. (jangan oneng lagi yaa kunth! :p ). Berlanjut keluarnya celetukan frase baru buat sebagian ayek-ayek, yaitu “nongtot bo’ol’, dipersembahkan oleh papa mejikal rossi menanggapi jalan pikiran kunthi, dan suasana satu tenda itu bertambah hangat dengan cekikikan para golongan remaja paruh baya.
Pasti akan ada tawa hangat ini lagi. Pasti. Segera. Sama-sama di dalam tenda, namun di gunung yang berbeda dan tentunya topik yang berbeda. Sampai jumpa Semeru, Ranukumbolo. Suatu hari aku akan mengunjungimu lagi, entah dengan siapa, yang pasti spesial ;)



No comments:

Post a Comment